Home » » Bapak Wahyudi Anggoro Hadi Energi Jujur dalam Semangat ‘Bangkit melawan’

Bapak Wahyudi Anggoro Hadi Energi Jujur dalam Semangat ‘Bangkit melawan’

Written By kodamayogyakarta on Sabtu, 03 Mei 2014 | 21.54


Bergerak dalam hal positif dengan semangat tinggi akan menghasilkan energi penuh. Salah satunya bergerak maju dalam memimpin dan membuat perubahan dalam masyarakat. Energi akan terasa murni dengan didasari nilai kejujuran. Begitulah selintas pesan dari sosok pemimpin Desa Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul.

Siang itu langit masih bersahabat dengan mendung, bahkan tetes-tetes bening air hujan masih turun membasahi tanah Krapyak. Suasana tenang dan adem pun menemani pertemuan tim Damar dengan Bapak Wahyudi di balai Desa Panggungharjo. Masih dengan balutan seragam dinas, Pak Wahyudi, biasa dipanggil, menyambut dengan wajah ramah dan tenang. Keramahan ini semakin memikat Damar untuk menarik larik-larik pertanyaan mengenal sosok Bapak Wahyudi.
Wahyudi Anggoro Hadi S.Farm., Apt. merupakan nama lengkap dari Lurah Panggungharjo yang juga alumni Yayasan Kodama. Pak Wahyudi lahir di Bantul, 24 Juli 1979. Pendidikan formalnya ia selesaikan sebagai alumni Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada tahun 2008. Selain itu, ia juga pernah nyantri di Pondok Pesantren As-Syifa Bantul dan Pondok pesantren An-Nur, Ngrukem, Bantul. Saat ini salah satu kesibukannya adalah sebagai apoteker pengelola Apotek Japisfi, Yogyakarta dan owner CV. Satubumi, Yogyakarta. Semasa muda, Pak Wahyudi pernah dipercaya sebagai ketua senat mahasiswa Fakultas Farmasi UGM dan ketua Komisariat PMII komisariat UGM. Sedangkan hingga kini ia masih aktif dalam organisasi GP Anshor.
Tak heran jika dari aktivitas dan pengalamannya tersebut, kini ia dipercaya oleh masyarakat sebagai pemimpin sekaligus pengayom. Saat diwawancarai tim Damar (11/06/13), Pak Wahyudi bercerita bahwa awalnya tak pernah terbesit sedikit pun dalam benaknya untuk duduk di salah satu jajaran pengurus penting di Desa Panggungharjo. Salah satu motivasi ketertarikannya hanyalah keinginan untuk merangkul masyarakat dengan pendekatan kultural, pemberdayaan nilai sosial sejak dini dan juga perlawanan terhadap manifestasi politik.
Salah satu prinsip yang sangat ditekankan dalam kepemimpinannya adalah nilai kejujuran. Baginya, kejujuran dalam ranah sekecil apapun harus ditegakkan, karena hal ini dapat mencegah pertambahan korupsi yang telah membobrokkan bangsa. “Marilah kita melawan korupsi dari hal kecil, kalau dari hal kecil saja kita nggak berani, bagaimana dengan korupsi yang lebih besar?”, tuturnya. Ia mencontohkan tentang kepemilikan SIM sebagai masalah ketidakjujuran yang dianggap biasa, dan menyebar hebat ke penjuru masyarakat. Suami dari Ibu Umi Haniah ini membuktikan perlawanannya dengan memilih tidak memiliki SIM sampai saat ini, daripada meniru paham ketidakjujuran.
Dengan prinsip dan ide-idenya, Pak Wahyudi berharap pada masa kepemimpinannya ia dapat memberikan kultur baru dalam pemerintahan masyarakat Desa Panggungharjo maupun masyarakat sekitarnya, sehingga menciptakan masyarakat yang berbudaya, bertanggung jawab dan mengalir dengan nilai kejujuran.
Berbicara tentang tokoh inspiraitif, ia mengidolakan tokoh Mahatma Gandi, Gus Dur dan Bung Karno. Pemikiran dan semangat dari ketiga tokoh inilah yang tampaknya menginspirasi semangat pergerakan Pak Wahyudi. Dalam inspirasinya, ia pun mengutip pemikiran Albert enstein, “Materi yang terus digerakkan dengan kecepatan tinggi, materi itu semuanya berubah menjadi energi. Begitu juga manusia, jika terus bergerak yang muncul adalah energi hebat manusia tersebut. Tingkatan orang-orang yang energinya tinggi yang terus bergerak dalam hal positif seperti Gus Dur, Mahatma Gandi dan Bung Karno”, tuturnya.
Kencangnya gerak semangat melaju, memunculkan getirnya duka atau justru rasa suka yang tercipta. Namun, bagi Pak Wahyudi, duka dan suka adalah sama. Beliau menganggap semua yang dilakukan tidak selamanya berdasarkan rasa suka, karena suka adalah hal normatif. Karenanya, ada dua hal yang sangat ia hindari dalam hidupnya, yaitu dendam dan putus asa. Menurut pemikirannya, dendam hanyalah masa lalu yang akan menghancurkan masa depan, sedangkan putus asa tali pemutus kesuksesan. Tak heran dengan menghindari dua sikap ini, Pak Wahyudi tampil sebagai sosok pekerja keras dan pantang menyerah.
Pada akhir untaian katanya, ia berpesan lewat seulas tawa dengan nada tegas “Pantang tunduk bangkit melawan. Selama belum ada perubahan dalam masyarakat, dalam berjuang pantang tunduk bangkit melawan”.
Semangat ‘Pantang tunduk bangkit melawan’ ini layak diapresiasikan sebagai semangat juang generasi muda melawan berbagai virus-virus kebobrokan bangsa. Semoga pesan dan semangat juang Bapak Wahyudi mampu menambah semangat-semangat baru para generasi muda dalam ber-amar ma’ruf nahi munkar. Amin. []Um-Roh
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. YAYASAN KODAMA YOGYAKARTA - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger