31 tahun yang lalu, KODAMA (Korp Dakwah Mahasiswa)
terbentuk guna mewadahi Mahasiswa untuk berdakwah di masyarakat. Pada awalnya,
KODAMA bukanlah organisasi yang terbentuk secara tunggal, akan tetapi
keberadaannya adalah buah pemikiran dan ide para aktivis PMII rayon Krapyak (Munawir
Affandi, Hasbullah, dkk). Meskipun dalam praktek selanjutnya, KODAMA menjadi
organisasi tunggal. Hal ini muncul karena kegigihan orang-orang yang di dalamnya
untuk berdakwah di masyarakat tanpa harus berpayungkan PMII rayon Krapyak, yang
tidak mampu bertahan dan hancur. Alhasil, KODAMA masih menunjukkan
eksistensinya hingga sekarang.
Dalam pergerakannya sebagai organisasi dakwah, KODAMA
diharapkan dapat mencetak pribadi yang mampu mengolah dan mengeksplorasi diri
dengan benar, baik secara naluriah dan fitrah. Sehingga
dengan berorganisasi, seseorang akan terlatih hidup berjama’ah atau bersosial
baik dengan orang lain. Karena secara
psikologis, seseorang akan menjadi pribadi yang mampu menempatkan diri dan kapan
harus menjadi mahkluk individu dan makhluk sosial.
Berhasil tidaknya KODAMA sebagai organisasi,
ditentukan oleh berbagai komponen
dalam sebuah organisasi. Salah satu komponen terpenting dalam organisasi adalah
adanya pemimpin. Di KODAMA sendiri, seorang pemimpin (ketua) dipilih oleh
Pembina dalam rapat musyawarah anggota. Namun sebelumnya, pengurus akan
mengajukan beberapa kandidat yang dinilai cakap dalam mengkoordinir anggota, siap berkhidmah, pernah mengikuti LKD (Latihan Kader Dakwah), aktif menjadi anggota
KODAMA minimal dua tahun dan juga mampu menempatkan diri dengan baik di
masyarakat. Sedangkan masa khidmahnya berdasarkan UU No.1X tahun 2009 Yayasan
KODAMA adalah lima tahun. Akan tetapi dalam prakteknya bersifat fleksibel.
Fleksibel di sini
bukan berarti melawan UU, tetapi hal ini semata-mata supaya tidak menekan dan
mengekang anggota KODAMA yang mayoritas mahasiswa luar daerah.
Jamilludin,
S.Sos.I, ketua KODAMA (2011-2014) mengaku akan melepas kalung jabatannya pada akhir
juni 2014. Ditanya tentang keikutsertaannya terhadap berbagai program di
KODAMA, ia mengaku tidak bekerja sendiri. Melainkan bersama jajaran pengurus KODAMA, yaitu wakilnya
yaitu Gugun el-Guyanie, sekretaris dan wakil sekretaris, Fathul Anas dan Qori ‘Aina,
bagian keuangan, Bahruddin dan Syamsul Alam, serta dibantu oleh beberapa anggota
lainnya.
Pada masa kepengurusan tahun ini, KODAMA memiliki tiga
progam andalan, yaitu Madrasah Diniyah, yang dipegang oleh Muhammadun, Lembaga Dakwah
dan Pemberdayaan Masyarakat (LDPM) diketuai oleh Muhammad Muqtadir, dan Lembaga
Kajian-Jaringan (LKJ) yang dimotori oleh Arip Hidayat. Ketiganya beratanggung
jawab penuh terhadap pelaksanaan progam organisasi KODAMA. Progam yang tidak
kalah unggul dan terlihat istimewa adalah progam Ramadhan. Dari
KODAMA akan dikirim da’i-da’i yang siap membaur dengan masyarakat untuk berdakwah
mengisi dan menyemarakkan bulan Ramadhan.
Meskipun
begitu, Bapak Jamiludin, begitu anggota KODAMA memanggilnya, merasa
miris akan semangat anggotanya yang kini semakin pudar. Oleh karena itu, ia
bersama kawan-kawan seperjuangan mendekati para pengasuh Pondok Pesantren
Krapyak seperti Gus Endar dan K.H. Hilmi
Muhammad, agar
berkenan mengarahkan santrinya untuk bergerak di KODAMA. Beliau para pengasuh
menyanggupinya selama
tidak mengganggu aktivitas pesantren. Diakui olehnya tugas utama KODAMA secara umum
adalah mengangkat kembali kiprah
pesantren Krapyak kepada masyarakat sekitar. Karena
keduanya saling berkesinambungan. Bahkan, pada masa K.H. Ali Ma’sum, setiap
santri dianjurkan mengikuti KODAMA agar dapat terjun di masyarakat. Pada
awalnya para santri merasa tidak mampu, tetapi mereka mau belajar dan terus belajar
sehingga akhirnya pun berani berpidato di masyarakat.
Dari tarik ulur pesantren dan KODAMA,
maka kualitas keduanya dapat saling terlihat dan berkembang. Jika KODAMA maju,
maka pesantren juga maju. Begitu juga sebaliknya. Hal tersebut tidak dapat
dipungkiri, karena mayoritas anggota KODAMA adalah santri Krapyak, meskipun banyak
juga yang berasal dari masyarakat sekitar.
Kegiatan
menghidupkan kembali nuansa semangat KODAMA dalam
berdakwah, diyakininya
akan berhasil. Bapak Ketua percaya
bahwa tenaga dan pikiran-pikiran yang dicurahkan para santri Krapyak akan
membawa KODAMA menjadi lebih baik dan lebih semakin baik. Ia juga yakin manfaat
mengikuti kegiatan ini setelah keluar dari KODAMA era selanjutnya. Kepada
generasi-generasi saat ini, ia berpesan untuk lebih semangat lagi berdakwah
melalui KODAMA. []Sulistyoningsih
0 komentar:
Posting Komentar